Waspadai Penyakit Berilium Kronis

Penyakit Berilium Kronis Berilium adalah unsur kimia dengan nomor atom 4 dan massa atom 9,0122. Merupakan unsur logam, berwarna abu-abu serta mempunyai titik lebur 1,278° Celcius dan titik didih 2,970° Celcius. Berilium ditemukan pada tahun 1828 oleh F.Wohler dan A.Bussy. Berilium ini bersumber dari kerak bumi. Mineral pokoknya adalah beril, krisoberil, dan penyakit. Penggunannya adalah absorpsi meutron pada reactor nuklir, sebagai materi bangunan dalam teknologi ruang angkasa dan sinar X. rumus kimianya adalah Be

Berilium dulu biasa digunakan untuk membuat bola lampu pijar dan industri elektronik serta kimia. Kini berilium sering digunakan dalam pembuatan industri pesawat ruang angkasa. Meski bermanfaat untuk memajukan industri, namun berilium bisa menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan.

Pekerja industri atau orang-orang yang tinggal di sekitar penyulingan berilium berisiko terkena berilliosis, yaitu peradangan paru-paru yang diakibatkan masuknya asap atau debu yang mengandung berilium.

Penyebab

Masuknya berilium (Be) dalam tubuh bisa melalui penghirupan asap atau kontak langsung antara Be dengan kulit yang terluka.  Berilium yang terhirup bisa mengakibatkan 2 gejala paru-paru, yakni pneumonitis kimia akut dan penyakit paru granulomatosa yang disebut penyakit berilium kronis atau beriliosis.

Beriliosis berbeda dengan penyakit yang disebabkan pekerjaan di mana gangguan pada paru-paru hanya muncul pada orang yang sensitif dengan berilium, yakni sekitar 25 persen dari mereka yang kontak dengan berilium.

Bahkan terpapar berilium dalam waktu yang singkat saja bisa menimbulkan penyakit ini, namun gejalanya akan muncul setelah 10-20 tahun.

Gejala

Penderita pneumonitis kimia akut biasanya mengalami gangguan pernafasan, batuk, dan penurunan berat badan secara tiba-tiba. Bentuk yang akut juga bisa mengenai mata dan kulit.

Beriliosis membentuk jaringan abnormal di paru-paru disertai dengan pembesaran getah bening. Dalam kondisi ini gejala seperti gangguan pernapasan, batuk, dan penurunan berat badan terjadi bertahap.

Gejala lain yang mungkin ditunjukkan, antara lain :

  •     Nyeri sendi
  •     Nyeri dada
  •     Lelah

Pengobatan

Pengobatan perlu dilakukan jika pasien menunjukkan gejala adanya penurunan fungsi paru dan hasil tes menunjukkan fungsi paru yang abnormal. Bila kriteria tersebut tidak terpenuhi maka pengobatan tidak perlu dilakukan.

Corticosteroid bisa menjadi pengobatan pilihan. Belum ada kesepakatan mengenai dosis atau lamanya pemberian obat ini. Awalnya diberikan prednisone per-oral (melalui mulut) dengan dosis 20-40 mg/hari selama 4-6 minggu, selanjutnya dosisnya diturunkan sesuai dengan respon klinis yang terjadi. Bagi pasien yang tidak memberikan respon terhadap pemberian corticosteroid atau penderita yang mengalami efek samping yang serius akibat pemberian corticosteroid, diberikan methotrexat. Pada stadium lanjut, dianjurkan untuk menjalani pencangkokan paru-paru.

10 TOPIK MENARIK LAINNYA

pepek anak SD, cara membuat handbody racikan makassar, cara melebatkan bulu kemaluan, DAUN wisa, cara menghitamkan tahi lalat, fakta reaksi minum jus nanas campur ragi, cara meracik handbody marina, cara melepas behel dengan baking powder, cara membesarkan tahi lalat, cara membuat lem behel sendiri