Pecahnya Pembuluh Darah Di Dalam Otak

Di negara berkembang seperti Indonesia, seiring dengan kemajuan teknologi danpembangunan frekuensinya cenderung makin meningkat. Cedera kepala berperan padahampir separuh dari seluruh kematian akibat trauma, mengingat bahwa kepala merupakanbagian yang tersering dan rentan terlibat dalam suatu kecelakaan.

Pada kehidupan sehari-hari cedera kepala adalah tantangan umum bagi kalanganmedis untuk menghadapinya, di mana tampaknya keberlangsungan proses patofisiologisyang diungkapkan dengan segala terobosan investigasi diagnostik medis mutakhircenderung bukanlah sesuatu yang sederhana. Berbagai istilah lama seperti komosio dankontusio kini sudah ditinggalkan dan klasifikasi cedera kepala lebih mengarah dalamaplikasi penanganan klinis dalam mencapai keberhasilan penanganan yang maksimal.

Pecahnya Pembuluh Darah Di Dalam Otak

Kebanyakan cedera kepala merupakan akibat salah satu dari kedua mekanismedasar yaitu: kontak bentur atau guncangan lanjut. Cedera kontak bentur terjadi bila kepalamembentur atau menabrak sesuatu obyek atau sebaliknya sedangkan cedera guncanganlanjut yang sering kali dikenal sebagai cedera akselarasi merupakan akibat peristiwaguncangan kepala yang hebat, baik yang disebabkan oleh pukulan maupun yang bukankarena pukulan.

 Hematoma intrakanial adalah pecahnya pembuluh darah di dalam otak atau di antara tengkorak dan otak. Akumulasi darah (hematoma) dapat menempati jaringan otak. Hematoma intrakranial dapat terjadi karena ketidakmampuan cairan yang mengelilingi otak untuk menyerap kekuatan pukulan atau benturan yang tiba-tiba. Pada kasus benturan yang terlalu kuat, otak dapat bergeser secara paksa pada dinding bagian dalam tengkorak, sehingga menjadi memar.

Hematoma intrakranial adalah kondisi serius dan mungkin mengancam nyawa yang biasanya memerlukan pengobatan yang tepat sesegera mungkin, meskipun cedera pada kepala tampak ringan. Biasanya, operasi diperlukan untuk mengobati hematoma intrakranial yang bertujuan untuk mengambil akumulasi darah pada jaringan otak. Namun, tidak perlu dilakukan operasi pada hematoma intrakranial dengan ukuran kecil.

Penyebab.

Cedera kepala adalah alasan utama di balik terjadinya perdarahan intrakranial (hemorrhage) yang biasanya disebabkan oleh kecelakaan mobil atau sepeda motor atau peristiwa yang tampaknya sepele seperti terbenturnya kepala. Ada kemungkinan lebih besar untuk trauma kepala ringan yang mungkin dapat mengakibatkan hematoma ketika salah seorang lansia, terutama mereka yang mengonsumsi obat antikoagulan atau anti trombosit, seperti aspirin.

Cedera serius dapat terjadi bahkan jika tidak ada tanda-tanda luka atau memar yang terlihat. Dalam kasus cedera kepala yang dapat menyebabkan hematoma, kemungkinan merupakan subdural, epidural, atau intraparenchymal hematoma.

Pecahnya Pembuluh Darah

Gejala.

Tanda dan gejala hematoma intrakranial dapat terjadi baik segera atau sampai beberapa minggu atau lebih setelah terjadi benturan kepala. Tekanan pada otak dapat meningkat dari waktu ke waktu, dan menghasilkan beberapa atau semua gejala berikut ini:

1.   Muntah.
2.   Perubahan ukuran pupil.
3.   Meningkatnya sakit kepala.
4.   Peningkatan tekanan darah.
5.   Mengantuk dan kehilangan kesadaran progresif.
6.   Pusing.
7.   Kebingungan.
8.   Kelemahan pada anggota badan pada satu sisi tubuh.

Tanda dan gejala berikut ini juga mungkin dapat terjadi pada kasus terakumulasinya darah yang lebih banyak pada otak:

1.   Kejang.
2.   Pingsan.
3.   Kelesuan.

Pengobatan.

Beberapa hematoma subdural tidak perlu diambil karena cukup kecil dan tidak menyebabkan munculnya tanda atau gejala. Obat diuretik juga dapat membantu mengontrol pembengkakan otak (edema) setelah cedera kepala.

Pecahnya Pembuluh Darah Di Dalam Otak

Operasi.

Pengobatan hematoma seringkali membutuhkan operasi. Jenis operasi dapat ditentukan tergantung pada karakteristik hematoma. Pilihan tindakan bedah dapat meliputi :

1. Kraniotomi.

Pada kasus hematoma besar mungkin perlu dilakukan pembukaan bagian tengkorak (kraniotomi) untuk menghilangkan darah.

2. Drainase bedah.

Jika darah terlokalisir dan tidak terjadi pembekuan yang cukup, dokter mungkin akan membuat lubang melalui tengkorak dan kemudian mengambil cairan dengan pengisapan.

Pemulihan.

Obat antikonvulsan seperti fenitoin (Dilantin) dapat diresepkan setelah operasi, untuk mengelola atau menghindari terjadinya kejang pasca trauma. Obat-obatan ini akan terus dikonsumsi selama setahun setelah trauma.

Kecemasan, kesulitan perhatian, masalah tidur, sakit kepala, dan amnesia mungkin dapat terjadi dan sembuh untuk beberapa waktu. Masa pemulihan dapat berkepanjangan dan mungkin tidak dapat pulih secara total.

Pemulihan yang paling mungkin terjadi pada orang dewasa setelah cedera yaitu dalam 6 bulan pertama. Anak-anak sering pulih lebih cepat dan lebih baik daripada orang dewasa.

10 TOPIK MENARIK LAINNYA

pepek anak SD, cara membuat handbody racikan makassar, cara melebatkan bulu kemaluan, DAUN wisa, cara menghitamkan tahi lalat, fakta reaksi minum jus nanas campur ragi, cara meracik handbody marina, cara melepas behel dengan baking powder, cara membesarkan tahi lalat, cara membuat lem behel sendiri